Posted by Muhammad Firmansyah
Posted on 05.33
Membayangkan suatu hari Yogyakarta bakal menjadi kota destinasi wisata SPA seperti halnya Kota Karlovy Vary yang berjarak 100 kilometer dari Ibu Kota Praha di Republik Ceko itu bukanlah angan semata. Untuk membuktikannya, ada baiknya pada saat ini Anda menyempatkan diri untuk berkunjung terlebih dahulu ke Kampung Dipowinatan yang berjarak 1 km dari titik nol Malioboro Yogyakarta yang justru amat dikenal di negara Republik Ceko.
Mengapa rancangan wacana ini bisa tiba-tiba tercuat? Begini ihwal ceritanya. Pada pertengahan bulan lalu, Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, pulang dari kunjungan kerja ke Republik Ceko. Selain menyelesaikan tugas negara di Praha, Wali Kota juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Karlovy Vary yang terkenal sebagai kota SPA kelas dunia.
Nah, dari situlah muncul gagasan kerja sama antardua kota ini, yakni pengiriman ahli SPA dari Karlovy Vary ke Yogyakarta dan umpan baliknya, yaitu ekspor rempah dari Yogyakarta ke sana.
"Kita sedang rancang kerja sama itu. Kita punya rempah dan mereka punya ahli SPA. Di sana, kan SPA tidak sekadar untuk relaksasi saja, tapi juga untuk terapi medis, untuk penyembuhan berbagai macam penyakit, dan yang seperti ini saya yakin bisa dikembangkan di Yogya," tutur Haryadi Suyuti.
Akan tetapi, Diversity kali ini bukan membahas tentang Yogyakarta sebagai kota SPA, melainkan tentang Ceko dan sebuah kampung di Yogyakarta yang begitu terkenal di sana. Ikatan diplomasi antara Kota Yogyakarta memang begitu dekat dengan negara yang terkenal dengan hasil industri kerajinan kristal tersebut.
Bahkan, di Yogyakarta, telah dibuka Kantor Perwakilan Konsulat Republik Ceko. Beberapa kerja sama investasi triliunan seperti rencana pembuatan bandara internasional pengganti Adi Sucipto juga dilakukan oleh para pengusaha Ceko. Percayalah itu semua dimulai dari sebuah kampung yang bernama Dipowinatan.
Kerja Sama Wisata
"Dubes Ceko telah dua kali berkunjung ke Dipowinatan. Saya di sana juga melakukan pembahasan mengenai Kampung Dipowinatan sebagai bagian dari peningkatan pariwisata Kota Yogyakarta. Kampung Wisata Dipowinatan sangat terkenal di Ceko, makanya wisatawan Ceko kalau ke Indonesia hampir pasti mampir ke Dipowinatan," papar Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Cokrodiningratan, Tahunan, Kadipaten, Purbayan, Tamansari, Sosrowijayan, dan Prawirotaman adalah sedikit kampung dari 500-an lebih kampung di Yogyakarta yang menjadi destinasi primadona turis setelah Kampung Wisata Dipowinatan. Ya, Dipowinatan memang yang terdepan sebagai Kampung Wisata di wilayah Yogyakarta.
Blusukkan atau jalan-jalan menyusuri lorong kampung menjadi atraksi wisata andalan di Dipowinatan. Seorang warga yang berperan sebagai guide akan menemani wisatawan untuk keliling kampung melihat kehidupan sehari-hari keluarga Jawa Yogyakarta.
Anda akan diajak mampir ke rumah salah satu keluarga Jawa di mana Anda diwajibkan untuk memakai busana adat Jawa, bercakapcakap tentang Jawa, dan menikmati jamuan khas Jawa lengkap dengan jajanan pasarnya. Berada dalam satu paket wisata Blusukkan Dipowinatan, Anda akan diajak mengunjungi Dalem Joyodipuran yang mana menjadi tempat penyelenggaraan Kongres Jong Java di tahun 1928 dan juga sebagai tempat penyelenggaraan Kongres Perempuan pertama.
Suasana Yogyakarta tempo dulu memang terasa kental di kampung ini. Bangunan tua yang lestari dan terawat apik, rumah-rumah warga yang penuh pohon rindang, dan kemungkinan untuk mengikuti aktivitas warga sehari-hari seperti menimba air di sumur serta memasak dengan kayu bakar, menjadikan Dipowinatan sebagai kampung yang memang lebih menarik dilonggok bagi wisatawan asing daripada wisatawan domestik.
Wisatawan asal Eropa Timur, terutama dari Republik Ceko, paling banyak berkunjung ke Dipowinatan. Asal mulanya, ada warga Dipowinatan yang lama tinggal di Ceko dan kemudian pulang kampung ke Dipowinatan. Setiap ada warga Ceko berkunjung ke Indonesia, diajaklah tamu dari luar negeri itu untuk mampir ke Dipowinatan.
Tersebar dari mulut ke mulut tentang keramahan dan suasana Kampung Dipowinatan. Hal itu membuat Dipowinatan begitu terkenal di mata wisatawan asal Ceko. Saking terkenalnya dan sering dikunjungi oleh wisatawan dari negera ini, didirikanlah Czech House di Dipowinatan. Pada 2006, diresmikanlah Dipowinatan sebagai kampung wisata oleh pemerintah kota.
Dipowinatan kemudian sering disebut sebagai Dipowisata atau sesekali juga dipelesetkan jadi Dipowiceko. Wali Kota Yogyakarta telah bertekad menjadikan Yogyakarta sebagai Karlovy Vary-nya Indonesia. Dari Dipowinatan-lah, semuanya bermula. YK/R-3
Tidur yang Melestarikan Cagar Budaya
Pelesir ke Yogya, apalagi kalau tidak untuk menghirup segala yang masih setia dari masa lalu, rasanya kurang afdal. Karena itu, saat hendak istirahat malam di hotel berbintang barangkali bisa sejenak ditinggalkan, kita beralih untuk istirahat tidur yang bisa membawa ke masa yang telah lampau di Ndalem Gamelan, salah satu rumah peristirahatan yang memungkinkan kita bisa melonggok sensasi Yogya dengan kekunoannya.
Berada di lingkungan Jeron Beteng Keraton Yogyakarta yang masih berada dalam radius beberapa jengkal dari pusat Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat, Ndalem Gamelan adalah rumah eksotik dan sarat falsafah Jawa yang hanya terbuka bagi wisatawan dengan sensibilitas apresiasi budaya tertentu.
"Tertentu, sebab Ndalem Gamelan memang tak terbuka untuk sembarang tamu," demikian ujar pengelola Ndalem Gamelan, Maria, kepada Koran Jakarta, Rabu (7/3) kemarin. Maria menjelaskan wisatawan sering kali memperlakukan tempat bermalam sebagai tempat untuk berlaku bebas. Hal itu yang dihindari oleh Ndalem Gamelan.
Ya, Ndalem Gamelan adalah peninggalan sejarah yang ingin tetap lestari. Rumah yang dibangun sebelum 1900-an ini adalah bangunan cagar budaya yang tak mengundang tamu yang tak menghargai masa lalu. Karena itu, menurut Maria, biasanya tamu yang menginap di Ndalem Gamelan adalah kalangan menengah atas asal Jakarta yang sudah bosan menginap di hotel berbintang dan ingin mengalami kembali menginap di rumah yang Njawani.
Turis asing yang menginap di sini pun rata-rata sudah berusia lanjut yang memang berhasrat benar untuk merasakan tinggal di rumah Jawa. "Karena membuka Ndalem Gamelan untuk umum, bagi owner, yakni Pak Heroe Soelistyawan, memang tak bertujuan mencari uang, tetapi melestarikan bangunan ini dan membagi nilai warisan budaya kepada publik," tutur Maria.
Anda bisa memilih dua kamar di ruang utama dengan harga 500 ribu rupiah per malam, yakni dua kamar yang mengapit satu kamar tengah atau Sentong Tengah yang khusus digunakan untuk tempat leyeh-leyeh atau bersantai. Anda bisa memlilih paviliun dua tempat tidur dengan harga 600 ribu rupiah per malam. Dengan fasilitas kamar yang ber-AC, TV layar datar, dan shower air hangat, Ndalem Gamelan juga memberikan welcome drink, sarapan ala Jawa, Wi-Fi, dan gratis antar jemput kalau Anda menginap lebih dari tiga hari. YK/R-3
Griya Shiatsu Senopati yang Tidak Buka Cabang
Dari Titik Nol perempatan Malioboro Yogyakarta, arahkan perjalanan wisata Anda ke timur. Hanya berjarak 200-an meter melewati perempatan traffic light Gondomanan, di utara jalan, tepatnya di Ruko Siliwangi E-8, Anda bisa berharap seluruh kelelahan karena keliling Yogyakarta akan segera terobati.
Di sini, terdapat sebuah pusat kesehatan dan kebugaran yang bernama Griya Shiatsu Senopati yang menjadikan "Tidak Buka Cabang" sebagai semacam trademark, pastinya akan menjanjikan pengalaman shiatsu dan teknik massage lainnya yang memberikan efek kebugaran dan hanya bisa dinikmati saat Anda berkunjung ke Yogyakarta ini.
Kalau Anda datang ke Yogyakarta di musim liburan, datanglah tepat pukul 11.00 WIB saat Griya Shiatsu baru buka. Lebih dari waktu itu, Anda pasti harus antre. Meski memiliki 25-an terapis, Griya Shiatsu memang selalu dipenuhi pengunjung, terutama di akhir pekan, apalagi di musim liburan. Shiatsu, sebagaimana tertera dalam namanya, memang menjadi pilihan layanan favorit bagi para pelanggan Griya Shiatsu Senopati.
Shiatsu mix traditional, gabungan antara teknik pijat kaki dan pijat urut tradisional Jawa, bisa menjadi pilihan menarik bagi pelanggan yang masih percaya pada kekuatan penyembuhan pijat tangan. Tarif layanan jasanya pun terbilang murah. Untuk satu jam layanan shiatsu, Anda hanya perlu mengeluarkan uang 50 ribu rupiah.
Tapi, rata-rata pelanggan lebih banyak memilih melakukan terapi selama 1,5 jam untuk layanan Shiatsu mix traditional, yang artinya Anda hanya perlu mengeluarkan 75 ribu rupiah untuk mengusir lelah dengan pengalaman dua teknik pijat dari dua tradisi yang berbeda. "Sekarang di Yogya sudah banyak tempat Shiatsu. Tapi, tetap nggak ada yang ngalahin Griya Shiatsu. Shiatsu mix itu favorit saya. Kalau istri, yang tradisional atau Hawaiian Massage," ucap Beni, pebisnis asli Semarang yang rutin melakukan perjalanan bisnisnya ke Yogya saat ditemui Koran Jakarta di Griya Shiatsu baru-baru ini.
Memang, selain shiatsu terdapat pilihan layanan yang bisa dicoba untuk menambah perbendaharaan teknik pijat. Ada foot refl exology, full body reflexology, Th ailand massage, Hawaiian massage, body scrub, facial, ear candle, chiropractic, dan steambath. Soal harga, tak jauh beda dengan layanan shiatsu.
Anda mau mencoba teknik pijat dengan minyak dari tumbuh-tumbuhan yang ditambahkan cream? Cobalah aromatherapy massage yang banyak disukai orang karena keahlian teknik ini dalam menstabilkan emosi yang tidak terkendali yang kemungkinan disebabkan oleh stres atau sakit kepala. Kala wisata ke Yogya, mampirlah ke Griya Shiatsu Senopati sebab pusat kebugaran ini "Tidak Buka Cabang". YK/R-3
Sumber : Koran-Jakarta